Jumat, 28 Juni 2013

Rel kereta

Menjadi rel kereta api.
Mereka terlalu kokoh untuk dibandingkan dengan si pengeluh. Tapi memang itu karena mereka punya perbedaan.
Sang rel, dimana-dimana rel kereta dibuat. Disitu juga ada serangkaian pengokoh disekitarnya. Entah itu batuan atau aspal. Lucunya, rel selalu setia. Iya. Setia pada pasangannya, batang besi dihadapannya. Mereka terikat dan diikat. Mereka selalu bergandengan menahan beban beratnya kereta yang lewat. Jelas itu luar biasa beratnya kan.
Meskipun kadang harus terkikis oleh rem sehingga menimbulkan percikan api namun alam begitu menerima mereka. Angin bertiup, hawa menyelimuti lagi dan mereka kembali dingin.
Meskipun juga mereka harus merenggang masing-masingnya karena memuai, tapi inilah perubahan. Toh juga pada ujungnya akan kembali dan tetap pada gandengan yang sama.

Si pengeluh. Memang dia gak merasakan keadaan rel. Hidupnya terlalu tertutup dan penuh egoisme. Mengertilah maka dari itu tidak ada yang mau menggandengnya. Hidupnya pun penuh unek-unek dan keluhan yang sama.

Jadilah rel, buat aku..

Tidak ada komentar: